


UKM Batik Lasem Samudra Art
Desa: Karas Gede Rt.01 Rw.02 Kecamatan Lasem
Kabupaten Rembang 59271 (Depan Balai Desa Karas Gede)
Jika
Anda punya waktu untuk berkunjung ke Rembang, sempatkan mampir di Kota
Lasem. Jangan sampai terlewatkan. Pasalnya, Lasem kaya akan peninggalan
bersejarah, baik yang berkaitan dengan sejarah Wali Sanga maupun
Tionghoa. Selain itu, Lasem menyimpan ragam jenis kerajinan rakyat,
salah satunya kerajinan batik tulis khas pesisiran. Sampai-sampai orang
luar negeri, terutama dari Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika
terpikat kepada batik lasem.
Biasanya
orang identik dengan Solo dan Pekalongan. Padahal, selain kedua daerah
tersebut masih ada daerah lain yang juga menghasilkan batik tulis yang
tidak kalah indahnya, yaitu Lasem. Kota kecamatan di Kabupaten Rembang
sekitar 12 kilometer arah timur kota Rembang ini luasnya 45,04 kilometer
persegi dengan jumlah penduduk sekitar 44.879 orang (Litbang Kompas,
2003).
Konon para pedagang Tionghoa perantauan yang berdatangan
ke Lasem memberi pengaruh besar terhadap corak batik di daerah ini.
Banyak yang kemudian menjadi pengusaha batik di kota ini.Batik produksi
Lasem bercorak khas, terutama warna merahnya yang menyerupai warna merah
darah ayam, yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah
lain. Kekhasan lain terletak pada coraknya yang merupakan gabungan
pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara, dan
budaya keraton (Surakarta dan Yogyakarta).
Ketika membuat desain
untuk motif batik produksi mereka, para pengusaha pembatikan Lasem
dipengaruhi budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya.
Ragam hias burung hong dan binatang legendaris kilin (semacam singa) dan
sebagainya mereka masukkan dalam motif batik produksi mereka. Bahkan,
cerita percintaan klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tay pernah menjadi
motif batik di daerah ini. Tidak mengherankan bila kemudian batik
produksi Lasem sering disebut sebagai batik “Encim”. “Encim” adalah
sebutan kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut.
Selain
itu pengaruh budaya keraton Surakarta dan Yogyakarta juga terlihat pada
motif batik lasem, antara lain pada ornamen kawung, parang dan
sebagainya. Sementara pengaruh budaya pesisir terlihat pada warnanya
yang cerah seperti warna merah, biru, kuning dan hijau.
Sekali
melihat batik lasem, pasti hati akan tertarik. Sebab, batik itu dibuat
melalui proses yang cukup rumit, tanpa menggunakan mesin atau
kecanggihan teknologi. Semuanya dikerjakan dengan tangan, sehingga
memiliki nilai seni yang cukup tinggi.Proses pembuatannya melalui
sembilan tahap. Pertama, memotong kain yang disesuaikan dengan
ukurannya. Setelah itu, diberi pola (gambar), kemudian nerusi
(penyempurnaan gambar), nembok (menutup gambar dengan lilin), mewarnai,
nglorot (membersihkan lilin), dan dijemur. Setelah kering, kain batik
itu dipres kemudian dikemas dan siap dijual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar